Selamat Datang di Personal Weblog anjas-bee dan Terima Kasih Atas Kunjungannya

Minggu, 01 Mei 2011

Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran Matematika

Beberapa hari yang lalu, saya mendapat tugas untuk membuat tulisan tentang implementasi Teori Piaget dalam pembelajaran. Entah benar atau salah saya ga ngerti juga, tapi yang jelas makalah ini sudah saya tampilkan di depan kelas. Isi makalahnya seperti yang tertulis berikut ini:

IMPLIKASI TEORI PIAGET DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Menurut Piaget pengetahuan merupakan proses dari tindakan, baik fisik dan/atau mental pada objek, images dan symbol-simbol. Pokok – pokok pikiran yang mewarnai dunia pendidikan antara lain :
  1. Pendekatan terpusat pada anak (siswa). Hal ini karena pada hakekatnya jalan pikiran siswa (anak) berbeda dengan orang dewasa, baik dalam pendekatannya terhadap realitas maupun cara pandangnya terhadap dunia.
  2. Aktivitas. Untuk mempelajari sesuatu, anak membutuhkan kesempatan untuk mengadakan tindakan terhadap obyek yang dipelajari. Oleh karena itu tugas guru adalah mendorong aktifitas siswa. Guru hendaknya memaparkan materi atau mempersiapkan situasi yang dapat mendorong siswa untuk merancang eksperimennya sendiri.
  3. Belajar secara individual. Hal ini dimaksudkan karena meski pun usia siswa sama, akan tetapi tingkat kognisi belum tentu sama. Oleh karena itu guru hendaknya memperhatikan perbedaan individu dalam pemerolehan pengetahuan siswa.
  4. Interaksi social. Interaksi social ini dimaksudkan agar siswa dapat saling bertukar pengalaman, memberikan alas an dan mempertahankan pendapat siswa.

Teori Piaget sangatlah memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan secara umum. Dalam pembelajaran matematika, teori piaget juga mewarnai bentuk-bentuk model, pendekatan, dan strategi pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini tampak dalam kegiatan pembelajaran yang menginginkan adanya student centered, yang dengan aktivitasnya mampu mebangun pengetahuan dengan memperhatikan perbedaan individual tanpa mengesampingkan interaksi social. Berikut ini adalah contoh pendekatan pembelajaran yang menurut penyusun memenuhi teori perkembangan kognitif Piaget, yaitu pendekatan pembelajaran tipe SAVI dengan berbasis masalah kontekstual.

Dave Meier mengemukakan idenya tentang pendekatan belajar SAVI (Somatis, Auditory, Visual, Intellectual) yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Keempat cara belajar itu harus ada agar belajar berlangsung optimal. Karena unsur-unsur tersebut semuanya terpadu. Belajar yang paling baik bisa berlangsung jika semuanya digunakan secara simultan. Masalah yang diberikan pun sebaiknya adalah masalah kontekstual. Menurut Armanto (2008) masalah kontekstual adalah masalah yang merepresentasikan hadirnya lingkungan nyata bagi siswa, dapat dipandang, dapat dibayangkan, terjangkau imajinasi, menggambarkan situasi kehidupan, situasi bersifat fantasi, dan situasi matematis.

Langkah-Langkah Penerapan Pendekatan Pembelajaran Tipe SAVI dengan Berbasis Masalah Kontekstual
Dengan menggunakan kerangka perencanaan pembelajaran SAVI, maka langkah-langkah penerapan pendekatan pembelajaran Tipe SAVI dengan berbasis masalah kontekstual dapat dilakukan dengan empat tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan (kegiatan pendahuluan)
  1. Menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk belajar dan mengecek kehadiran siswa.
  2. Mengingatkan pengetahuan siswa tentang materi sebelumnya dan menghubungkan dengan materi yang akan dipelajari.
  3. Menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran dengan jelas
  4. Mengajukan masalah kontekstual yang berkaitan dengan materi guna merangsang rasa ingin tahu dan motivasi belajar siswa
  5. Menyampaika garis besar materi dan mengajak siswa terlibat sejak awal
2. Tahap Penyampaian (kegiatan inti)

  1. Meminta siswa melakukan pengamatan secara langsung terhadap benda nyata disekitar yang berkaitan dengan materi dan menggunakannya untuk memahami materi yang sedang dipelajari.
  2. Melakukan tanya jawab secara klasikal untuk membicarakan masalah yang telah diajukan.
  3. Memberikan gambaran bentuk penyelesaian dari masalah yang telah diajukan.
3. Tahap Pelatihan (kegiatan inti)
  1. Membagi siswa dalam kelompok dengan anggota yang heterogen
  2. Setiap kelompok melakukan kegiatan dengan menggunakan benda nyata atau media pembelajaran yang telah disiapkan guna menyelesaikan masalah yang telah diajukan sebelumnya.
  3. Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk membahas hasil kegiatan yang telah mereka lakukan.
  4. Guru membimbing siswa untuk memecahkan masalah yang telah diajukan sebelumnya.
  5. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka dan kelompok lain menanggapi.
  6. Guru memberikan latihan soal dan setiap siswa mengerjakannya secara individu.
4. Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)

  1. Memberi kesempatan pada siswa untuk menampilkan apa yang mereka peroleh dari kegiatan pembelajaran tersebut baik secara individu, kelompok atau klasikal
  2. Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan menggunakan peta konsep.
  3. Guru memberikan penguatan terhadap materi.
  4. Guru dan siswa melakukan refleksi dan melakukan perbincangan dengan siswa tentang kegiatan belajar pada hari itu dan mendengarkan keluhan siswa, memberikan umpan balik dan evaluasi kinerja

Daftar Pustaka

Kusdwiratri Setiono. 1983. Teori Perkembanngan Kognitif. Bandung: Universitas Padjajaran.
Dave Meier. Acelereted Learning.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Grocery Coupons