Selamat Datang di Personal Weblog anjas-bee dan Terima Kasih Atas Kunjungannya

Kamis, 23 Februari 2023

3.2.a.6. Demonstrasi Kontekstual - Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya


 Oleh :

Anjasmoro

CGP Angkatan 6 Kabupaten Bengkulu Tengah

Fasilitator : Hj. Ucu Julaeha, M.Pd

Pengajar Praktik : Mulia Triska Putri, M.Pd


Tujuan Pembelajaran Khusus:

  1. CGP dapat menganalisis tentang visi dan prakarsa perubahan dari tayangan video praktik baik yang ada.
  2. CGP dapat mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masing-masing tahapan B - A - G - J - A dari tayangan video yang ada.
  3. CGP dapat mengidentifikasi peran pemimpin pembelajaran dari tayangan video.
  4. CGP dapat menganalisis modal utama apa saja yang dimanfaatkan contoh video praktik baik ini.
Link Video: https://youtu.be/YMflitCt1yI

Berdasarkan video yang terdapat pada tautan https://youtu.be/YMflitCt1yI , saya dapat menyimpulkan bahwa visi sekolah yang paling memungkinkan dari video tersebut adalah "Mewujudkan peserta didik yang religius, kreatif, inovatif dan berdaya saing". Dengan prakarsa perubahan yang digagas oleh  guru tersebut adalah mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam upaya meningkatkan semangat belajar murid.

Dari tayangan video yang ditampilkan, pertanyaan utama dari kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah "Apa yang harus dilakukan dalam mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk meningkatkan semangat belajar murid?".

Dari video kita juga dapat melihat kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh guru dalam yang menunjukkan tahapan BAGJA sebagai berikut :


B (Buat pertanyaan)

Pertanyaan: "Bagaimana cara mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan untuk meningkatkan semangat belajar murid?"

Tindakan: 

  • Guru menggali informasi dari berbagai sumber tentang cara meningkatkan semangat belajar murid.
  • Guru berdiskusi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat tentang pentingnya kelas yang nyaman dan menyenangkan bagi murid.
  • Guru berdiskusi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat tentang bagaimana cara mewujudkan kelas yang nyaman dalam upaya meningkatkan semangat belajar murid.


A (Ambil pelajaran)

Pertanyaan:

  • Bagaimana mengatur kelas yang nyaman dan menyenangkan?
  • Kelas mana di sekolah ini yang sudah berhasil membuat kelas yang nyaman dan menyenangkan?

Tindakan:

  • Guru mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari murid dari pendapat dan pengalaman murid tentang apa saja hal-hal yang dapat meningkatkan semangat belajar.
  • Guru mencari kelas yang sudah mewujudkan kelas impian murid.
  • Murid diajak untuk mengambil pelajaran dari kelas lain untuk menambah inspirasi kelas yang membuat semangat.

G (Gali mimpi)

Pertanyaan:

  • Apakah yang dibayangkan murid tentang kelas impian mereka?
  • Kelas impian seperti apa yang di inginkan oleh murid?
  • Kelas impian seperti apa yang dapat meningkatkan semangat belajar murid?

 Tindakan:

  • Murid diminta diminta untuk memejamkan mata dan membayangkan tentang kelas impian mereka
  • Murid menggambarkan kelas yang nyaman sesuai yang mereka bayangkan.
  • Murid mempresentasikan gambaran kelas yang nyaman.


J (Jabarkan Rencana)

 Pertanyaan:

  •  Apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan sesuai impian murid?
  • Apa yang dibutuhkan dan dilakukan untuk mewujudkan kelas impian sesuai keinginan murid?

Tindakan:

  • Guru berdiskusi serta berkolaborasi dalam menuliskan hasil pemikiran dan membuat catatan target yang ingin dicapai tentang kelas yang nyaman dan menyenangkan sesuai impian murid.
  • Murid diajak berkontribusi menentukan kebutuhan dalam mewujudkan kelas impian yang dapat menjadi penyemangat belajar.
  • Murid dibentuk menjadi beberapa kelompok.
  • Murid diberi kesempatan berkontribusi untuk menentukan pembagian tugas dalam kelompok.


A (Atur Eksekusi)

Pertanyaan:

  • Kapan waktu untuk memulai dan siapa yang dilibatkan dalam penyusunan kelas yang nyaman dan menyenangkan?
  • Siapa yang mengarahkan/memantau serta mendampingi dalam pelaksanaan dan memecahkan kesulitan dalam pelaksanaan mewujudkan kelas yang nyaman dan menyenangkan?

Tindakan:

  • Guru mengeksekusi tindakan dengan membentuk murid ke dalam beberapa kelompok kerja dengan tugas yang telah ditetapkan. Pembagian tugas kelompok terdiri dari kelompok yang bertugas membersihkan kelas, membuat hiasan dinding, menyusun bangku, menata buku, dan memasang hiasan pada dinding. 
  • Guru melakukan pendampingan serta membantu murid apabila menemukan kendala.
  • Guru memberikan apresiasi kepada semua murid setelah selesai membuat ruang kelas yang nyaman dan menyenangkan.


Peran pemimpin yang tergambar dalam tayangan video

  • Guru menerapkan pendekatan berbasis aset karena guru fokus memanfaatkan aset dan kekuatan yang dimiliki oleh kelas dan sekolah.
  • Guru membayangkan kesusksesan yang akan diraih di masa depan.
  • Guru mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya yang ada dan mampu membuat rencana berdasarkan visi dan kekuatan yang ada.
  • Guru mampu mewujudkan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan seperti yang diimpikan dan diinginkan oleh murid.

Modal utama yang dimanfaatkan oleh pemimpin pembelajaran dalam tayangan video

Cetak tulisan memakai kertas
Tidak lupa memakai tinta warna
Pengembangan sekolah perlu berbasis komunitas
Agar hasilnya menjadi sempurna

Demikianlah hasil analisis menonton video praktik baik yang diberikan dalam demonstrasi kontekstual.

SALAM DAN BAHAGIA

Kamis, 16 Februari 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH

 

OLEH

ANJASMORO

CGP ANGKATAN 6 KABUPATEN BENGKULU TENGAH

FASILITATOR : Hj. UCU JULAEHA, M.Pd.

PENGAJAR PRAKTIK : MULIA TRISKA PUTRI, M.Pd.

 

 

1.      Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada murid.Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani. Artinya dari belakang hendaknya memberikan dukungan. Intinya kita sebagai seorang guru harus bia memberikan dukungan, arahan dan bimbingan kepada para siswa. Guru bertugas menyemangati siswa.

Sebagai seorang guru dalam mendukung kreatifitas siswa serta menggali potensinya kita harus mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan berlandaskan kepada 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 tahap pengambilan keputusan agar mereka meraih merdeka belajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.

2.   Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya.Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.

Prinsip – prinsip yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusn yaitu :

a.       Berpikir berbasis hasil akhir ( End based thinking)

b.      Berpikir berbasis peraturan ( Rule based thinking)

c.       Berpikir berbasis rasa perduli (Care based thinking)

Dalam setiap pengambilan keputusan yang kita ambil aka nada konsekuensi yang mengikuti serta keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal yang berpihak kepada siswa.

3.      Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar.Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini.TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,

Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.

Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :

: Tujuan

: Identifikasi

: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

4.    Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik.Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

 

5.    Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi.Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6.    Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

 

7.    Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun.Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid.Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.

 

8.    Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

 

9.    Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.

Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.

10.  Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :

Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Rafflesia mekar di Bengkulu Tengah

Warnanya merah indah berpadu

Ayolah kawan jangan lengah

Tetap jadi guru yang mampu diguru dan ditiru

 

Salam dan Bahagia

Jumat, 03 Februari 2023

3.1.a.4.1. Eksplorasi Konsep - Forum Diskusi Modul 3.1

 Anjasmoro

CGP Angkatan 6 Kabupaten Bengkulu Tengah


Fasilitator : Hj. Ucu Julaeha, M.Pd.

Pengajar Praktik : Mulia Triska Putri, M.Pd.


Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP mampu menganalisis pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip, serta 9 langkah pengambilan dan  pengujian keputusan dalam studi kasus yang mereka dapatkan dan memberi tanggapan pada studi kasus CGP lainnya dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.


Studi Kasus yang saya pilih adalah Kasus 1

Pak Frans merupakan guru matematika di SMP Karunia. Pak Frans dikenal sebagai guru yang rajin, ramah, penyabar, dan disukai murid-muridnya. Suatu hari ia sedang mengajar di kelas 8A, guru piket tergopoh-gopoh tiba di depan kelasnya dan mengatakan ada ayahnya Andreas, salah satu murid di kelas 8A di ruang tamu sekolah. Guru piket mengatakan pada pak Frans bahwa ayahnya Andreas ingin menjemput Andreas dan memintanya untuk membantunya bekerja di ladang. Ia juga mengatakan bahwa ayah Andreas datang sambil marah-marah bahkan mengacung-acungkan parang.  Pak Frans pun memanggil Andreas dan mengatakan bahwa ia dijemput ayahnya pulang. Andreas langsung memohon sambil menangis agar Pak Frans tidak mengizinkan ia pulang bersama ayahnya. Andreas berkata ia ingin belajar di sekolah dan ia takut dimarah-marahi oleh ayahnya bila membantu ayahnya di ladang, bila melakukan kesalahan sedikit saja.  Pak Frans bimbang, antara memenuhi permintaan Andreas atau tidak.  Dalam situasi dan kondisi seperti itu, akhirnya Pak Frans memutuskan untuk membawa Andreas ke ruang kepala sekolah, dan meminta saran dari kepala sekolah.  Bila Anda adalah kepala sekolahnya, saran apa yang akan anda berikan pada Pak Frans, dan apa alasannya?


Berikut ini panduan untuk melakukan analisis studi kasus:

  1. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma mana yang terjadi pada situasi tersebut? Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut?
  2. Apakah ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi tersebut? (Uji legal).
  3. Apakah ada pelanggaran peraturan/kode etik profesi dalam kasus tersebut? (Uji regulasi).
  4. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda, apakah ada yang salah dalam situasi ini? (Uji intuisi).
  5. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di media cetak/elektronik atau menjadi viral di media sosial? Apakah Anda merasa nyaman?
  6. Kira-kira, apa keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola Anda dalam situasi ini?
  7. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan  tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini (Investigasi Opsi Trilemma)?
  8. Apa keputusan yang Anda ambil?
  9. Prinsip mana yang  Anda gunakan, dan mengapa?
Hasil Analisis Studi Kasus 
  1. Paradigma yang terjadi pada Kasus 1 adalah kategori individu (Andreas) lawan Kelompok (murid di kelas yang ingin belajar) dengan nilai yang bertntangan adalah tanggung jawab mengajar dan kasih sayang (rasa sayang kepada Andreas).
  2. Pada Kasus 1, ada unsur pelanggaran hukum dalam situasi (Uji Legal) yaitu adanya pelanggaran terkait senjata tajam berupa parang yang dibawa ke sekolah sambil marah-marah.
  3. Pada Kasus 1, ada pelanggaran peraturan/kode etik dalam kasus (Uji Regulasi) terkait dengan Pak Frans meninggalkan kelas yang diajarnya.
  4. Pada Kasus 1 ini, ada hal yang salah berdasarkan perasaan dan intuisi (uji Intuisi) yang saya lakukan, yaitu ketika Pak Andreas mengajak Andreas pulang dengan marah-marah dan membawa senjata tajam ke sekolah.
  5. Yang saya rasakan apabila keputusan saya dipublikasikan di media cetak/elektrorik atau menjadi viral di media sosial tentu akan menjadi tidak nyaman.Publikasi ini juga dapat memberikan dampak yang tidak baik bagi sekolah bhkan bisa jadi rekan guru yang lain.
  6. Saya mengidolakan Bapak saya, menurut saya Bapak akan tetap mempertahankan Andreas untuk bersekolah.
  7. Pada Kasus 1 ini, sangat mungkin untuk dilakukan restitusi terhadap orang tua Andreas, dengan maksud dan tujuan memperoleh solusi terbaik yang bisa dipilih uuntuk Andreas. Dengan harapan Andreas tetap dapat bersekolah dan juga membantu orang tua. Hal ini mungkin dapat dilakukan setelah pulang sekolah Andreas dapat dengan segera membantu orang tua bekerja dengan pertimbangan pemilihan beban pekerjaan juga harus dipikirkan agar tidak mengganggu sekolah esok hari.
  8. Sebagai kepala sekolah saya akan meminta Pak Frans untu kembali mengajar di kelas dan meminta berbicara dengan orang tua Andreas di ruang kepala Sekolah.
  9. Prinsip yang saya gunakan adalah prinsip berpikir berbasis peraturan. Kita harus melihat hak anak untuk mendapatkan pendidikan, dan ini menjadi kewajiban serta tanggug jawab orang tua. Sekolah dan orang tua harus saling bersinergi untuk membimbing dan mengarahkan siswa agar dapat memperoleh kebahagiaan dan pendidikan yang layak.

Sampai Jumpa

 


 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Grocery Coupons