Selamat Datang di Personal Weblog anjas-bee dan Terima Kasih Atas Kunjungannya

Jumat, 25 November 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

 

Anjasmoro

CGP Angkatan 6 Kabupaten Bengkulu Tengah

Di bawah Bimbingan :

Fasilitator : Hj. Ucu Julaeha, M.Pd

Pengajar Praktik : Mulia Triska Putri, S.Pd., M.Pd

Pemahaman Tentang Pembelajaran  Sosial dan Emosional.

Sebelumnya saya merasa jika kompetensi sosial emosional murid terbentuk dengan sendirinya, ternyata hal tersebut tidak tepat. Setelah  saya mempelajari modul ini, saya meyakini bahwa kompetensi sosial emosional murid akan terbentuk melalui proses pendidikan, dan pengajaran  sejalan dengan pertumbuhan dan bertambahnya usia mereka menuju kedewasaan. Proses pembelajaran anak didik tidak tergantung pada aspek inteligensi atau kemampuan kognitif saja, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lain seperti aspek perkembangan emosi dan sosial. Aspek emosi dan sosial ini sangat berpengaruh terhadap perilaku murid kepada dirinya, orang lain dan lingkungannya. Pada murid aspek sosial emosi ini dapat dikembangkan melalui pembelajaran sosial emosional.  Pembelajaran sosial emosional adalah proses mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi sosial dan emosional sebagai modal murid dalam berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar. Pembelajaran sosial emosional ini dapat dijadikan sebagai awal dan dasar penanaman pendidikan karakter kepada murid. Pemahaman tersebut seperti di atas berbeda dengan pemahaman saya sebagai guru sebelum mempelajari modul ini. Oleh Karena itu  dalam pembelajaran di kelas saya harus mengintegrasikan pembelajaran sosial dan emosional di awal  proses  pembelajaran. Hal ini dilakukan  untuk mengetahui seberapa kesiapan, ketertarikan, dan fokus murid dalam memulai pembelajaran, sehingga sebagai  guru dapat melayani kebutuhan belajar murid  dan mampu menciptakan  lingkungan yang aman dan nyaman dalam  meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being).

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah proses pembentukan diri dengan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak (kesadaran diri, kontol diri, kemampuan berelasi, dan lain-lain) untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, mengajarkan mereka menjadi orang yang baik, memberikan keseimbangan pada individu, dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh Kepala Sekolah, Guru, murid, Tenaga Kependidikan, wali murid dan warga sekolah lainnya. Proses Kolaborasi ini memungkinkan murid, pendidik, dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional dengan tujuan agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut:

1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)

2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)

3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)


Pembelajaran Sosial dan Emosional dapat diberikan dalam 3 ruang lingkup yaitu, kegiatan rutin di luar pembelajaran akademik, terintegrasi dalam pembelajaran, dan  protokol, budaya, atau peraturan sekolah yang disepakati bersama (keyakinan kelas).

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di kelas atau sekolah sehingga dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being) anak didik, ada 3 (tiga) hal terpenting dan sangat mendasar yaitu  5 Kompetensi Sosial Emosional, Kesadaran Penuh (Mindfulness), dan Kesejahteraan Psikologis (Well Being).  Adapun penjelasan dari ketiga hal penting tersebut adalah:

 

5 (Lima)   Kompetensi Pembelajaran Sosial dan Emosional

Kesadaran Diri.

Kesadaran Sosial merupakan kemampuan untuk memahami emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan. Contoh : Dapat mengembangkan identitas pribadi dan identitas sosial, Mengidentifikasi kekuatan/aset diri dan budaya, Mengidentifikasi emosi dalam diri, Menunjukkan integritas dan kejujuran, Mampu menghubungkan perasaan, pikiran, dan nilai-nilai diri


 Manajemen Diri.

     Manajemen diri merupakan kemampuan untuk memahami emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi. Contoh :

Mengelola emosi diri

Mengidentifikasi dan menggunakan strategi-strategi pengelolaan stres

Menunjukkan disiplin dan motivasi diri

Merancang tujuan pribadi dan bersama

Menggunakan keterampilan merancang dan mengorganisir

Memperlihatkan keberanian untuk mengambil inisiatif

Mendemonstrasikan kendali diri dan dalam kelompok

 

3.       Kesadaran  Sosial

     Kesadaran sosial merupakan kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang budaya dan konteks yang berbeda-beda. Contoh : Mempertimbangkan pandangan dan pemikiran orang lain, Mengakui kemampuan dan kekuatan orang lain, Mendemonstrasikan empati dan rasa welas kasih,Menunjukkan keprihatinan atas perasaan orang lain, Memahami dan mengekspresikan rasa syukur, Mengidentifikasi ragam norma sosial, termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan

 

4.       Keterampilan Berelasi

      Keterampilan berelasi merupakan kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat. Contoh: Berkomunikasi dengan efektif, Mengembangkan relasi dan hubungan positif, Memperlihatkan kompetensi kebudayaan

 

5.       Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

      Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab merupakan kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (Well being) diri sendiri, masyarakat, dan berkelompok. Contoh : Menunjukkan rasa ingin tahu dan keterbukaan pikiran,Mengidentifikasi/mengenal solusi dari masalah pribadi dan sosial, Belajar membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data dan fakta, Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya., Menyadari bahwa keterampilan berpikir kritis sangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

 

Kesadaran Penuh (Mindfulness)

 

Pembelajaran sosial dan emosional dikembangkan dengan menggunakan pendekatan kesadaran penuh (Mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 kompetensi sosial dan emosional yang akan memunculkan perasaan tenang, stres berkurang, pikiran menjadi jernih, dan fokus serta menjadi semangat dalam belajar.

 

Kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan keadilan. Kesadaran penuh (Mindfulness) sebagai dasar penguatan lima kompetensi sosial dan emosional. Praktik kesadaran penuh dapat dilakukan dengan menggunakan teknik STOP.

 

Kesejahteraan Psikologis (Well Being)

Suatu kondisi individu yang memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan diri.

 

Dengan memahami dan menerapkan ketiga hali atas, maka  perubahan yang selayaknya   diterapkan oleh seorang guru di kelas dan sekolah, adalah :

 

Bagi murid-murid,  yakni Guru memberikan kesempatan kepada murid untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksi kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan responsif dengan perkembangan budaya serta mengintegrasikan kompetensi sosial dan emosional ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran.

 

Bagi rekan sejawat,  Guru harus tetap belajar dan menjadi teladan (memodelkan), serta membangun kolaborasi

 

KETERKAITAN MATERI DALAM MODUL 2.2 DENGAN MODUL YANG LAIN

 

Keterkaitan materi dalam modul 2.2 ini  dengan modul yang lain diantaranya :

 

1. KETERKAITAN MODUL 2.2 DENGAN MODUL 1.1 FILOSOFI PEMIKIRAN KHD

 

Ada hubungan timbal-balik antara pemikiran dan konteks sosial. Di satu sisi setiap pemikiran terjadi dan berkembang di dalam konteks sosial tertentu. Di sisi lain, konteks sosial secara tertentu pula dibentuk dan dikembangkan oleh pemikiran. Aktivitas berpikir manusia seperti yang telah dicetuskan oleh KHD  telah membentuk dan mengembangkan konteks sosio-kultural yang khas sesuai tradisi dan budaya pada masa itu, telah menjadikan  alam  sebagai sumber inspirasi sehingga mengalami transformasi menjadi kebudayaan. Dan pemikiran tersebut masih terasa pengaruh dan manfaatnya hingga kini. Pembelajaran Sosial dan Emosional sesuai dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara anatar lain adalah guru harus dapat menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah sehingga tercipta kondisi yang aman, nyaman, sehat, dan bahagia bagi murid. Hal ini sejalan dengan pemikiran KHD bahwa pendidikan harus menuntun anak mencapai kodrat agar mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi-tingginya.

 

2. KETERKAITAN MODUL 2.2 DENGAN MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

Pembelajaran Sosial dan Emosional bahwa Guru harus dapat menumbuhkan nilai dan peran guru dalam pengelolaan emosi murid sehingga tercipta pembelajaran yang berpihak kepada murid, dan terbentuknya nilai-nilai kemandirian pada murid. Hal ini sesuai dengan Nilai Guru Penggerak yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak kepada murid. Selain itu juga Guru harus memiliki peran yaitu menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepimpinan murid.

 

3. KETERKAITAN MODUL 2.2 DENGAN MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

Dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional, Guru harus dapat mewujudkan visi yang diharapkan yaitu Mewujudkan Siswa yang Beriman, Bertaqwa dan Berbudi Pekerti Luhur, berprestasi sehingga terwujud Profil Pelajar Pancasila. Hal ini bisa terwujud dengan melakukan prakarsa perubahan dengan memberikan pembelajaran kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

 

4. KETERKAITAN MODUL 2.2 DENGAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 Pembelajaran Sosial dan Emosional,  seorang guru harus dapat memahami emosi masing-masing murid agar dapat mengontrol diri dan dapat menerapkan budaya positif yang baik di sekolah sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, dan nyaman bagi siswa yang proses pembelajaran. Penerapan pembelajaran sosial dan emosional ini sangat  berpengaruh positif dalam penerapan budaya positif baik berupa disiplin positif maupun keyakinan kelas dengan sebaik mungkin karena motivasi yang dibangun itu muncul  dari motivasi internal  dan dengan kesadaran diri dan manajemen diri.

 

5. KETERKAITAN MODUL 2.2 DENGAN MODUL 2.1 PEMBELAJARAN DIFERENSIASI

Pembelajaran Sosial dan Emosional, guru harus dapat mengidentifikasi emosi dan perasaan masing-masing murid sehingga guru dapat menerapkan pembelajaran diferensiasi di kelas sesuai kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid, dan dengan menggunakan strategi diferensiasi konten, proses, dan produk, sehingga pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan murid agar pembelajaran semakin menyenangkan dan dapat mewujudkan merdeka belajar.

 

Demikian Koneksi Antar Materi terkait dengan pembelajaran Modul 2.2 Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional, semoga kita sebagai guru dapat menerapkan Pembelajaran Sosial dan Emosional di sekolah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | Grocery Coupons