OLEH
ANJASMORO
CGP ANGKATAN 6
KABUPATEN BENGKULU TENGAH
FASILITATOR : Hj. UCU
JULAEHA, M.Pd.
PENGAJAR PRAKTIK :
MULIA TRISKA PUTRI, M.Pd.
1.
Bagaimana
pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh
terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?
Filosofi Pratap
Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberikan pengaruh
yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD
berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau
contoh praktik baik kepada murid.Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang
guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap
Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu
murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap
permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan
murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut
Wuri Handayani. Artinya dari belakang hendaknya memberikan dukungan.
Intinya kita sebagai seorang guru harus bia memberikan dukungan, arahan dan
bimbingan kepada para siswa. Guru bertugas menyemangati siswa.
Sebagai seorang guru
dalam mendukung kreatifitas siswa serta menggali potensinya kita harus
mengambil keputusan yang bertanggung jawab dengan berlandaskan kepada 4
paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 tahap pengambilan keputusan
agar mereka meraih merdeka belajar untuk mewujudkan profil pelajar pancasila.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada
prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru seyogyanya
memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya.Nilai-nilai
positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang
berpihak pada murid.
Nilai-nilai yang akan
membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan
benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif,
inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip
yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk
mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya
benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua
pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir
secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
Keputusan tepat yang
diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh
dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil
keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan
kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik.
Prinsip – prinsip yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusn yaitu :
a. Berpikir berbasis hasil akhir ( End
based thinking)
b. Berpikir berbasis peraturan ( Rule based
thinking)
c. Berpikir berbasis rasa perduli (Care
based thinking)
Dalam setiap
pengambilan keputusan yang kita ambil aka nada konsekuensi yang mengikuti serta
keputusan berdasarkan nilai kebajikan universal yang berpihak kepada siswa.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita
lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching'
(bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses
pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah
kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut.
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada
modul 2 sebelumnya.
Coaching adalah
ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya
terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain.
Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang
sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep
coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah
konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan
yang kita ambil.
Pembimbingan yang
telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya
berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model
coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar.Model TIRTA menuntut
guru untuk memiliki keterampilan mengingat tujuan coaching, yaitu untuk
melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah
satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak
saat ini.TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah
akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach
perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
Reality (Hal-hal yang
nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan): coach
membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang
nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan untuk
maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim
dari :
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
4. Bagaimana kemampuan
guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan?
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan
gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid
mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka
masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar
seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik.Kompetensi sosial dan
emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat
mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka
belajar di kelas maupun di sekolah.
5. Bagaimana pembahasan
studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai
yang dianut seorang pendidik.
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan
pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang
terjadi.Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan
pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi
termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap
masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh
nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi
dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya
nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat
dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya
tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang
diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan
kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak
adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik.
Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah
moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya
peserta didik.
6. Bagaimana pengambilan
keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau
etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan
pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan
dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai
dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu
mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal
tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
7. Selanjutnya, apakah
kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah
ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Jawaban saya yaitu iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan paradigma
dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun.Diantaranya
adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah
atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid.Yang kedua tidak semua warga
sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan Bersama. Yang ketiga
keputusan yang diambil kadang kala tanpa sepenuhnya melibatkan guru sehingga
muncul banyak kendala-kendala dalam proses pelaksanaan pengambilan keputusan.
8. Dan pada akhirnya,
apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran
yang memerdekakan murid-murid kita?
Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang
diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini
tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang
dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat
memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang
sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan
tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan
lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka
dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
9. Bagaimana seorang
pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan
atau masa depan murid-muridnya?
Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan
yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya
akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam
mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa
depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh
pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi
kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang
sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar,
profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran
berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan
diferensiasi produk.
10. Apakah kesimpulan
akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan
modul-modul sebelumnya adalah :
Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki
oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang
dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.
Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan
alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman
dan nyaman (well being).
Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema
etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah
pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu
masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka
belajar.
Rafflesia mekar di Bengkulu Tengah
Warnanya merah indah berpadu
Ayolah kawan jangan lengah
Tetap jadi guru yang mampu diguru dan ditiru
Salam dan Bahagia