Supervisi akademik
merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan untuk memberikan dampak secara
langsung pada guru dan kegiatan pembelajaran mereka di kelas. Supervisi
akademik perlu dimaknai secara positif sebagai kegiatan berkelanjutan yang
meningkatkan kompetensi guru sebagai pemimpin pembelajaran dalam mencapai
tujuan pembelajaran yakni pembelajaran yang berpihak pada anak. Karenanya
kegiatan supervisi akademik hanya memiliki sebuah tujuan yakni pemberdayaan dan
pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan
mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Penilaian proses
pembelajaran selain dilaksanakan oleh pendidik dapat dilaksanakan oleh:
a.
sesama pendidik;
b. kepala Satuan Pendidikan;
c. Peserta Didik.
Dalam pelaksanaannya ada
dua paradigma utama yang menjadi landasan kita menjalankan proses supervisi
akademik yang memberdayakan, yakni paradigma pengembangan kompetensi yang
berkelanjutan dan optimalisasi potensi setiap individu.
Beberapa prinsip-prinsip
supervisi akademik dengan paradigma berpikir Coachng meliputi:
1.
Kemitraan: proses kolaboratif antara supervisor dan guru
2. Konstruktif: bertujuan
mengembangkan kompetensi individu
3. Terencana
4. Reflektif
5. Objektif: data/informasi
diambil berdasarkan sasaran yang sudah disepakati
6. Berkesinambungan
7. Komprehensif: mencakup
tujuan dari proses supervisi akademik.
Pada umumnya pelaksanaan
supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan
dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan supervisi, dan tindak
lanjut.
Salah satu bagian dalam
tahapan pelaksanaan supervisi akademik adalah observasi pembelajaran di kelas
atau yang biasanya kita sebut sebagai supervisi klinis. Morris Cogan dari
Harvard University. Dalam buku Supervision for a Better School, Lovell (1980)
mendefinisikan supervisi klinis sebagai rangkaian kegiatan berpikir dan
kegiatan praktik yang dirancang oleh guru dan supervisor dalam rangka meningkatkan
performa pembelajaran guru di kelas dengan mengambil data dari peristiwa yang
terjadi, menganalisis data yang didapat, merancang strategi untuk meningkatkan
hasil belajar murid dengan terlebih dulu meningkatkan performa guru di kelas.
Sebuah kegiatan supervisi klinis bercirikan:
1. Interaksi yang bersifat
kemitraan
2. Sasaran supervisi
berpusat pada strategi pembelajaran atau aspek pengajaran yang hendak
dikembangkan oleh guru dan disepakati bersama antara guru dan supervisor
3. Siklus supervisi klinis: pra-observasi,
observasi kelas, dan pasca-observasi
4. Instrumen observasi disesuaikan dengan
kebutuhan
5. Objektivitas dalam data
observasi, analisis dan umpan balik
6. Analisis dan interpretasi
data observasi dilakukan bersama-sama melalui percakapan guru dan supervisor
7. Menghasilkan rencana perbaikan pengembangan
diri
8. Merupakan kegiatan yang
berkelanjutan.
Siklus dalam supervisi
klinis pada umumnya meliputi 3 tahap yakni Pra- observasi, Observasi dan
Pasca-observasi.
Seorang Kepala Sekolah
dapat menjadi seorang evaluator, fasilitator, coach, konsultan atau trainer
sesuai dengan peran yang dibutuhkan saat itu. Kepala Sekolah perlu
menginformasikan kepada coachee mengenai peran apa yang sedang dilakukan saat
itu.
Percakapan-percakapan
coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali
potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan
motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan
diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya pembelajaran
yang berpihak pada murid.
0 komentar:
Posting Komentar